Oleh: Seto Galih Pratomo
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional terus ditantang
untuk bergerak dinamis seiring perkembangan zaman. Menurut KBBI (kamus besar
bahasa Indonesia), koperasi adalah perserikatan yang bertujuan memenuhi
keperluan para anggotanya dengan cara menjual barang keperluan sehari-hari
dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung).
Eksistensi koperasi pada saat ini terkalahkan dengan banyaknya mini
market yang sudah menjamur diberbagai pelosok negeri. Ditambah dengan sistem
baru yang bermunculan seiringnya perkembangan zaman seperti online shop
yang saat ini menjadi candu masyarakat perkotaan menggeser eksistensi koperasi.
Minat masyarakat menjadi berkurang dalam membangun koperasi, justru masyarakat
saat ini cenderung apatis terhadap koperasi. Apatis menurut KBBI adalah acuh
tak acuh; tidak peduli; masa bodo.
Sedangkan sekarang ini pada abad ke20 ini, Indonesia
digadang-gadang dengan tugas mempersiapkan diri menghadapi revolusi industri
4.0 yang dinamakan dengan Making Indonesia 4.0 sebagai jalan peta atau roadmap
revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan daya tambah industri manufaktur lokal
sehingga bisa bersaing secara global. Dilihat dari pengertiannya maka revolusi
industri 4.0 sudah pasti sangat penting untuk diperhatikan, mengingat Indonesia
baru saja mempersiapkan diri untuk memasuki masa revolusi industri 4.0.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh koperasi di era revolusi
industri 4.0 adalah bagaimana merangkul generasi milenial untuk peduli dan
ikut andil terhadap koperasi. Menurut U.S. Chamber of Commerce Foundation,
generasi milenial atau millennial generation adalah generasi manusia
yang lahir dengan rentang tahun antara 1980 – 1999 masehi. Generasi milenial
atau biasa juga disebut generasi Y adalah mereka yang lahir setelah era baby
boomer. Ciri khas generasi ini adalah berpikiran terbuka, cenderung individualis,
dan melek teknologi. Sehingga sekalipun individualis, mereka terhubung satu
sama lain melalui media sosial.
Dari latar belakang
tersebut, maka rumusan yang dibahas adalah bagaimana Revolusi Apatis
Koperasi: Strategi Efektif untuk Mewujudkan Kepedulian Generasi Milenial
Terhadap Koperasi di Era Revolusi Industri 4.0.
ISI
Penerapan Strategi Revolusi Apatis Koperasi dalam Menemukan Cara
Efektif untuk Mewujudkan Kepedulian Generasi Milenial Terhadap Koperasi di Era
Revolusi Industri 4.0
Sebagian besar rakyat Indonesia masih bertanya-tanya apa itu koperasi.
Lapenkop mendefinisikan koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan
melakukan kegiatan ekonomi koperasi (usaha koperasi) atas dasar prinsip-prinsip
koperasi yaitu nilai dan jati diri koperasi sehingga mendapatkan benefit
(manfaat) yang lebih besar dengan biaya yang rendah melalui usaha bersama yang
dimodali, dikelola (dimiliki) dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya. Tujuan
koperasi adalah memberikan nilai tambah secara ekonomi kepada anggotanya
dibandingkan sebelum bergabung dengan koperasi.
Di Indonesia sendiri telah dibuat UU no. 25 tahun 1992
pasal 5 tentang Perkoperasian. Prinsip koperasi menurut UU no. 25 tahun
1992 adalah keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan
dilakukan secara demokrasi, pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan
jasa usaha masing-masing anggota yang telah dijelaskan diatas, pemberian balas
jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian, pendidikan perkoperasian, dan kerjasama
antar koperasi. Koperasi memiliki landasan berdasarkan UU No. 17 Th. 2012 yaitu modal terdiri dari
simpanan pokok dan surat modal koperasi.
Selama ini banyak masyarakat khususnya generasi milenial yang
menganggap koperasi sebagai lembaga simpan pinjam yang sistem pengelolaannya secara
konvensional, rentan terhadap penyalahgunaan, dan tidak canggih. Dengan
seiringnya perkembangan zaman yang menuntut banyak perubahan. Berkembangnya
teknologi ditandai dengan munculnya mesin uap yang disebut sebagai revolusi
industri 1.0 pada abad ke17. Kemudian berkembang dari uap ke mesin atau
industrialisasi yang disebut revolusi industri 2.0 pada abad ke18.
Dan
berkembang ke era teknologi yang disebut revolusi industri 3.0 pada abad ke19. Revolusi
industri 4.0 merupakan perkembangan tatanan dunia yang berfokus kepada 4 unsur
yaitu big data yang memuat data yang kecil dimasukkan, kemudian aktivision
intelegen yang berjalan akibat adanya big data yang masuk dan dialiri
ke robot autonomus sebagai sarana eksekusi yanng kemudian dihubungkan ke
dalam internet yang disebut internet offting (IoT). Jadi langkah awal
yang ditempuh oleh gerakan koperasi untuk merangkul generasi milenial ini
adalah menghapus stigma buruk tentang koperasi untuk bertransformasi dalam
perkembangan zaman.
Koperasi mulai diinisiasi pada tahun 1800-an di Eropa dan
dasar-dasar tata kelola koperasi modern dicetuskan oleh F.W. Raiffeisen
(1808-1888), Walikota Flammers field, Jerman. Koperasi mengalami perkembangan
ke seluruh dunia, termasuk ke tanah air. Dalam perjalanan waktu, koperasi mulai
bermunculan. Namun sejumlah koperasi berguguran, tetapi banyak juga yang terus
bertahan dan berkembang. Jadi terbukti, koperasi dapat menjadi institusi yang
tangguh dengan tata kelola yang benar.
Di era revolusi industri 4.0, koperasi dituntut untuk memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dengan baik. Layanan digital koperasi harus
bisa diakses oleh pengguna dan anggota di mana saja serta kapan saja(mobile).
Koordinator Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman,
Suharno mengatakan koperasi di Indonesia dihadapkan pada tantangan globalisasi
berupa persaingan antar lembaga keuangan yang memanfaatkan teknologi informasi.
Apabila koperasi tidak melakukan transformasi dan inovasi maka akan terdisrupsi
oleh lembaga keuangan lain yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman.
Koperasi digital pertama di
Indonesia akhirnya resmi berdiri pada tahun 2016. Menyusul penyerahan akta
koperasi kepada Koperasi Digital Indonesia Mandiri (KDIM) dari Kemenkop dan UKM
sebagai pihak yang mengesahkan Badan Hukum Koperasi. Dan juga koperasi milenial
yang para pelakunya adalah generasi milenial yang lahir diawal 1980 an. Dalam menghadapi
sikap apatis dari generasi milenial yang menurut beberapa survey, 60% generasi
milineal tidak tertarik dengan koperasi, padahal sejatinya konsep koperasilah
yang paling tepat untuk mendorong generasi milenial menjadi milyader dimasa
datang.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat dibuat beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Dengan berkembangnya zaman, diharapkan koperasi mampu
bertransformasi kedalam perubahan yang ada, khususnya di era revolusi industri 4.0 yang di Indonesia dibuat Koperasi Digital Indonesia Mandiri (KDIM) dan mampu merangkul generasi milenial
untuk ikut serta dalam pembangunan
koperasi di dengan didirikannya koperasi milenial. Dengan ini strategi
revolusi apatis koperasi dapat terlaksana dengan mendekatkan kepada generasi
milenial.
Saran
1. Koperasi
harus mampu beradaptasi dan bertransformasi kedalam perubahan zaman dalam
menghadapi revolusi industri 4.0 dengan didirikannya koperasi digital.
2. koperasi
harus mampu dalam merangkul generasi milenial dalam membangun koperasi terutama
di era bonus demografi yang diprediksi penduduk usia
produktif mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan
sebesar 297 juta jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/picalgadi/5b2be499ab12ae41732e8843/merangkul-milenial-dalam-koperasi-zaman-now?page=all
pada 22 Oktober 2019 pukul 01.22 WIB
https://www.wartaekonomi.co.id/read197180/mencoba-layanan-digital-koperasi-zaman-now-review.html
pada 22 Oktober pukul 01.36 WIB
(red/segapmedia.online)
Keren abis..... Terobosannya mudah saya mengerti sebagai generasi milenial
BalasHapusGagasan inovasinya keren dan mudah dimengerti
BalasHapusInovatif dan sejalan dengan perkembangan zaman
BalasHapus