SEGAP Media .Online- Indonesia pada akhir tahun 2020
merupakan perhelatan Pilkada atau pemilihan kepala daerah secara serentak.
Pilkada 2020 ini akan berlangsung pada 270 daerah di Indonesia yaitu 9
provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Perhelatan Pilkada 2020 semula pada 23
September 2020, namun disisi lain keadaan Indonesia yang sedang mengalami masa
krisis akibat Pandemi Covid-19 membuat hari pencoblosan diundur dan
dilaksanakan hari ini pada Rabu (9/12).
Sedangkan Indonesia masih berada
dalam keadaan darurat bencana yang ditetapkan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) yang merujuk kepada Keputusan Presiden (Kepres)
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Status Bencana Non-alam Covid-19.
Ditambah Indonesia saat ini dihadapkan
dengan jurang resesi ekonomi yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan
PDB atau indeks ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2020 mengalama
kontraksi atau pertumbuhan negatif 3,49%. Dengan begitu Indonesia resmi
memasuki masa resesi ekonomi yang bisa mengakibatkan krisis ekonomi. Hal ini
berdampak pada kenaikan harga dan inflasi serta meningkatnya pengangguran
secara signifikan seperti yang disampaikan oleh ekonom senior Didik J Rachbini.
Bayang-bayang krisis ekonomi di
depan mata namun Pilkada 2020 terus berjalan yang menghabiskan anggaran yang
cukup besar. Di lain sisi Indonesia yang memiliki beban utang yang terus
meningkat dan terlampau banyak.
Banyak negara yang tahun ini menunda
Pilkada karena Covid-19. Menurut laporan Institute for Democracy and Electoral
Assistance (IDEA) yang sejak tanggal 21 Februari sampai 20 September 2020
terdapat 71 negara dan teritorial yang memutuskan untuk penundaan pemilu
nasional serta daerah karena pandemi Covid-19. Namun ada 23 negara yang tetap
menggelar pemilu serta 48 negara lainnya menetapkan menunda. Hal ini melihat
angka Covid-19 terus menaik yang tercatat setidaknya sudah ada 31.783.676 orang
terinfeksi Covid-19 menurut data Worldometers.
Dalam keadaan di tengah pandemi Covid-19,
pemerintah Indonesia mempertegaskan untuk tetap melaksanakan Pilkada 2020
melihat dari negara-negara yang melakukan pemilu di tengah pandemi seperti
Korea Selatan dan Singapura. Dikarenakan dua negara tersebut melanjutkan pemilu pada angkat indeks pandemi
Covid-19 sudah bisa tertangani atau kurvanya menunjukkan penurunan serta yang
terpenting adalah ketertiban masyarakat yang taat terhadap protokol kesehatan
untuk menghindari penularan Covid-19. Sedangkan jika dilihat di Indonesia yang
angka Covid-19 belum bisa tertangani dan semakin naik, serta melihat perilaku
masyarakatnya yang cenderung lengah bahkan mengabaikan pandemi ini dengan
melakukan pelanggaran protokol kesehatan.
Hal ini dibuktikan dengan sejumlah
daerah yang melakukan perkumpulan masal dalam rangka kampanye. Mulai dari membuat
konser besar-besaran sampai arak-arakan ataupun kegiatan yang menghiraukan
protokol kesehatan dengan temuan Bawaslu RI telah terjadi sebanyak 243
pelanggaran protokol kesehatan Covid-19 saat pendaftaran bakal calon Pilkada
2020. Hal itu disebutkan oleh Fritz Edward Siregar sebagai Anggota Badan
Pengawasan Pemilu (Bawaslu) yang memantau hari pertama kampanye terdapat
delapan kegiatan selama kampanye Pilkada 2020 yang terindikasi melakukan
pelanggaran protokol kesehatan. Serta KPU menyebutkan banyak calon Kepala
Daerah yang positif Covid-19.
Laporan di hari pemilihan dari
Jaringan Pendidikan Pemilihan untuk Rakyat (JPPR) melakukan pengamatan di 59
daerah dari 270 daerah, yang melakukan Pilkada Serentak 2020. Hasilnya
ditemukan 826 tempat pemungutan suara (TPS) yang terlambat dibuka dan surat
suara sudah tercoblos.
“Pemilihan Kepala Daerah di 270
daerah pemilihan berlangsung pada hari ini, masyarakat diminta untuk datang
melakukan pencoblosan pemilihan kepala daerah ke tempat pemungutan suara
masing-masing di daerahnya,” kata Alwan Ola Riantoby sebagai Koordinator
Nasional JPPR.
Dengan begitu Pangi Chaniago sebagai Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting yang memprediksi masyarakat di 270 daerah akan tidak menggunakan hak suaranya atau golput karena kekhawatiran terpapar Covid-19 di tempat pemungutan suara. Maka ajakan untuk tidak memilih atau golongan putih (golput) menguat yang digaungkan oleh sejumlah aktivis. Seperti Jatam (Jaringan Advokasi Tambang) Nasional, Greenpeace, dan lain-lain menyerukan hastag #PemulihanBukanPemilihan dan ada dari gerakan aktivis dan mahasiswa #MosiTidakPercaya menggaungkan hastag #tanggal9dirumahaja.
"Rakyat butuh pemulihan bukan pemilihan. Mengedepankan perpanjangan kekuasaan daripada kesejahteraan dan keselamatan, tidak bisa dibiarkan. Sudahkah kita berlajar dari pemilu pilu yang lalu?" ujar JATAM Nas pada akun ig nya @jatamnas
Ini merupakan contoh dari banyak lembaga dan institusi dalam menyerukan tidak mencoblos pada Pilkada 2020 di tengah pandemi Covid-19 atas nama kemanusiaan yang sedang ditimpa bencana pandemi Covid-19. Seperti yang dilakukan satu desa di Kabupaten Konawe Selatan pada Pilkada 2020, salah satunya karena kecewa terhadap pemerintahan.
(red/segapmedia.online)
Keren beritanya, sudut pandangnya berbeda dari media lain
BalasHapus