Sasy di Andalas (Part 2) - SEGAP Media .Online | Students Media for Indonesia

Breaking


Selasa, 22 Desember 2020

Sasy di Andalas (Part 2)

Oleh: Syahnanda Annisa
Mahasiswi Rekayasa Tekstil UII, Yogyakarta


Konsisten, rapih dan resmi. Ia tak suka coba-coba. Ia senang kesempatan, tahu peluang dan tak begitu kecewa dengan penolakan. Walau berkali-kali ia tahu ia takkan gapai atau takan dapat. Ia hanya punya niat. 


Tapi ia tak mau kalah akan argumennya. Kita harus mengetahui ia gengsi. Ia, pejuang kebatinan. Ia tahu itu salah, namun bisakah kita memaklumkan apa yang menjadi kemauannya? Aku bisa, namun sebagian besar orang tak bisa menerimanya. Sebab konon Ia terlalu kaku, jutek, atau sombong. Aku tahu ia tak mungkin seperti itu.

 

Sasy pernah bercerita bahwa ia adalah pecinta sejati. Ia selalu cinta apa yang menjadi miliknya. Ia sering jatuh cinta. Tapi kadang adakalanya Tuhan memberikan sosok yang hadir padanya yang menurutnya sebagai ujiannya. Menurutnya, jatuh cinta adalah ujian iman yang harus ia jabankan. Ia suka kejutan, namun kadang hasilnya yang tak sesuai harapan. Tentu ia paham tak selalu harapan manis, ia hanya menginginkan harapan yang tepat. Tepat untuknya yang pada porsinya. Ia jatuh cinta, pada setiap yang hadir kepadanya. 


Namun kadang ia salah menempatkan rasa. Ia jatuh cinta, namun juga mau tak mau terpaksa. Ia cinta, tapi malu, ia cinta tapi kaku, ia cinta dan tak tahu caranya. Ia cinta, tapi ia punya prinsip cinta. Nahasnya prinsip itu hanya ia yang mengetahui dan perempuan yang sejenisnya. Perempuan lain atau lelaki pasti tak mengetahui. Maafkan kami, katanya. Aku cinta dikau, tapi salah dikau. Dikau juga yang salah mencintai aku. Salahku juga menempatkanmu sebagai bagian dari aku. Bagian-bagian itu, masih ku simpan, namun harus ku juangkan untuk ku lupakan dalam perdamaian.

 

Malam itu malam yang damai yang tenang, lama sudah ia melupakan semua yang terjadi padanya di masa itu. Pada waktu yang tak pernah di sangka sebenarnya biasa saja, ia senang habis mengaji, dirinya punya ruang sendiri untuk bisa terus hidup hanya untuk dan pada Tuhannya. Tetapi ia juga kesal kalau Tuhan hilang darinya. 


Bukan Tuhan yang hilang, Takdir hanya menguji cintanya. Sebab katanya Aku ini pecinta sejati. Maka kesejatiannya yang di uji. Ia paham Tuhan cinta padanya. Namun ia tak paham, mengapa bumi seperti tak begitu mencintainya? Apa ia teralu banyak salah? Atau ia yang tak bisa membumi? Jujur, rasa-rasanya memang seperti tak berpihak padanya.

 

Di kampung yang senyap menjelang tengah malam, bunyi jangkrik terdengar dan sinar bulan memantul di sebuah empang samping kamar sang perempuan. Rumah yang terletak di kabupaten yang sudah ramai pemukiman dan ramai kendaraan tapi tak merubah konsep salah satu rumah, ya rumah yang ia tinggali kini. Seperti hutan belantara. 


Rumah yang tak luas seberapa, tapi halaman tanah rumput yang luas dan beberapa pohon luas menutupi rumah utamanya dari kemoderenan kabupaten. Dari luar jalan hanya terlihat pagar yang sedikit seram dan beberapa pohon tinggi menjulang. Begitu seperti berbeda zaman. Ia membuka selulernya, ia merasa rindu dengan luar, merundi apa yang ia kenal, merasa rindu dengan teman, tentunya, hubungan. Hubungan yang hadir. Hubungan yang ada.

 

Ia membuka aplikasi yang menjadi makanan sehari-hari masa kini. Ia tak begitu mendapati apapun di situ, hanya beberapa kabar dari cerita teman-temannya yang menurutnya berharga, tetapi ia pun mendapat sebuah kata. Kata kejutan, yang ia sudah lama tak melihat dan rasakan, mungkin, katanya.

 

"Sayang"

 

Ia terkejut, ingin marah, berdebar, meragu dan tentunya rindu. Ia tak bisa bohong, ia tertawa berbunga, tetapi ingin marah dan memukul juga. Berapa lama ia bercampur rasa? Entahlah, ia sampai tertidur dengan perasaan cinta. 


Cinta yang dulu pernah menjadi penghantar tidurnya. Yang dingin, yang membuatnya terbangun untuk kembali menyambut hangatnya hari demi yang sang surya selalu berpihak padanya.


......Bersambung.......


(red/segapmedia.online)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk tulis kesanmu setelah membaca tulisan di atas. Masukan, kritik, dan saran. Terima kasih. Salam literasi.