Oleh: Seto Galih Pratomo
Indonesia
merupakan negara majemuk yang mempunyai beraneka ragam kekayaan sumber daya
alam dan sumber daya manusianya yang melimpah. Kekayaan Indonesia sulit untuk
dihitung karena terlalu banyaknya kekayaan yang Indonesia
punya. Beraneka ragam budayanya, sukunya, dan keintelektualannya
membuat Indonesia semakin kaya raya. Inilah Indonesia. Tanah yang subur membuat
rakyat makmur. Biji buah dilempar ketanah, jadilah pohon yang menghasilkan
buah. Kayu atau batang ditancap ketanah jadilah pepohonan yang menghasilkan.
Belum lagi luas wilayah yang Indonesia punya, menjadikan Indonesia bagaikan
permata dunia.
Namun sayang, semua itu tidak atau belum dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia itu sendiri dengan sebaik-baiknya. Tidak mau mengelolah, tidak tau cara mengelola, atau masa bodo akan kekayaan yang Indonesia punya? Itulah beragam alasan bangsa Indonesia ketika ingin mengelolah kekayaan negerinya. Maka jadilah intervensi asing merasuk kedalam tubuh Indonesia dan mendoktrin setiap rakyatnya. Yang terjadi, mereka bebas mengambil kekayaan Indonesia tanpa perlawanan yang berarti. Sumber daya alamnya dikeruk demi kepentingan mereka. Batu bara, minyak bumi, emas, sampai hutanpun dikuasai oleh asing. Diperparah dengan tanpa adanya tanggung jawab mereka yang mengambil kekayaan Indonesia. Hal ini yang disebut penjajahan gaya baru, melalui jalur non-fisik antara lain dijajah budayanya, ekonominya, sampai perpolitikannya mereka mengikut campurinya dengan cara yang halus, sampai-sampai rakyat Indonesia tidak menyadarinya.
Jadilah Indonesia negara miskin yang mempunyai kekayaan melimpah ruah. Miskin dalam kekayaan. Kaya tidak sebenarnya kaya. Miskin tidak sebenarnya miskin. Itulah Indonesia, negeri kita tercinta. Sepatuutnya ini harus segera disadari oleh bangsa Indonesia dan menjadi intropeksi untuk mencari solusi yang kemudian berbuah revolusi.
Namun sayang, semua itu tidak atau belum dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia itu sendiri dengan sebaik-baiknya. Tidak mau mengelolah, tidak tau cara mengelola, atau masa bodo akan kekayaan yang Indonesia punya? Itulah beragam alasan bangsa Indonesia ketika ingin mengelolah kekayaan negerinya. Maka jadilah intervensi asing merasuk kedalam tubuh Indonesia dan mendoktrin setiap rakyatnya. Yang terjadi, mereka bebas mengambil kekayaan Indonesia tanpa perlawanan yang berarti. Sumber daya alamnya dikeruk demi kepentingan mereka. Batu bara, minyak bumi, emas, sampai hutanpun dikuasai oleh asing. Diperparah dengan tanpa adanya tanggung jawab mereka yang mengambil kekayaan Indonesia. Hal ini yang disebut penjajahan gaya baru, melalui jalur non-fisik antara lain dijajah budayanya, ekonominya, sampai perpolitikannya mereka mengikut campurinya dengan cara yang halus, sampai-sampai rakyat Indonesia tidak menyadarinya.
Jadilah Indonesia negara miskin yang mempunyai kekayaan melimpah ruah. Miskin dalam kekayaan. Kaya tidak sebenarnya kaya. Miskin tidak sebenarnya miskin. Itulah Indonesia, negeri kita tercinta. Sepatuutnya ini harus segera disadari oleh bangsa Indonesia dan menjadi intropeksi untuk mencari solusi yang kemudian berbuah revolusi.
Kesadaran Bangsa
Sadarlah wahai bangsa
Indonesia. Bukan saatnya lagi kita saling menyalahkan satu sama lain,
menjatuhkan satu sama lain, dan berprilaku buruk satu sama lain. yang
memprihatinkan lagi masih satu anak bangsa. Bukalah mata akan kekayaan
Indonesia yang melipah ruah dan segera manfaatkan, wahai anak bangsa. Ada
sebuah lagu dari Koes Plus yang menyadarkan kita semua akan kekayaan bangsa
bangsa Indonesia yang berbunyi:
“Bukan lautan hanyakolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu. tiada
badai, tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang,
tanah kita, tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”
Sudah saatnya kita
bangkit, satukan niat, rapatkan barisan, serentak geretak maju bersama-sama
menjunjung tinggi dan martabat bangsa Indonesia. Singkirkan permusuhan dan
perselisihan yang memecah belah bangsa Indonesia. Jangan saling menyalahkan
yang membuat kita bermusuhan satu sama lain. contohnya, ada sebuah kelompok A
yang menyalahkan kelompok B dengan dalih kelompok B radikal. Dalam artian
radikal yakni pergerakan yang merongrong atau melawan pemerintah. Padahal
kelompok B itu tidak berbuat sesuatu yang berarti seperti makar apalagi kudeta.
Kelompok B hanya menyampaikan lewat kritik dan terbesar dalam bentuk demontrasi
dengan kebijakan pemerintah yang dianggap salah. Kemudian kelompok B itu tidak
terima akan tuduhan atau label radikal
yang disematkan oleh kelompol A. mereka (kelompok B) berdalih,”Jika kami engkau
tuduh radikal yang berarti mengecap buruk kelompok kami, dengan dalih melawan
pemerintah. Maka para pejuang kemerdekaan dan para rakyat yang sudah merelakan
darahdan nyawanya demi bangsa secara tidak langsung engkau labeli mereka
radikal, berarti engkau memberi cap mereka buruk. Dimana otakmu, dimana akal
sehatmu?” Ini merupakan salah satu contoh atau keadaan bangsa kita saat ini,
saling menyalahkan sesame anak bangsa dan menganggap dirinya atau kelompoknya
paling benar. Ini merupakan dampak dari pada fanatisme berlebihan yang
berakibat menganggap dirinya sendiri atau yang difanatikkan itu benar dan yang
lain salah.
Sadarlah Wahai Anak Bangsa
Ini harus segera disadari
anak bangsa. Jangan sampai kita terpecah belah dan mereka para asing disana
tersenyum dan bertepuk tangan atas keadaan kita yang terpecah belah. Hal ini
menyababkan mereka semakin mudah untuk menguasai dan menjajah negeri kita
kembali. Mereka bangsa asing sadar, bahwasannya negara kita kuat dan tak mampu
untuk menghadapinya secara langsung. Zaman dahulu diera pra-kemerdekaan bangsa
Indonesia dengan bambu runcinnya mampu mengalahkan Belanda dengan tank dan
persenjataanya, tepatnya pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya. Maka cara
terbaik untuk menghancurkan bangsa kita yakni dengan cara mengadu-domba sesama
anak bangsa, saling membenturkan satu sama lain yang mengakibatkan terpecah
belah dan lemahnya kekuatan bangsa tersebut.
Akhirnya, dengan muda mereka merasuki dan mengintervensi negara tersebut. Tak tik ini sudah dipakai sejak zaman dahulu, tapi herannya mereka tidak sadar-sadar akan hal ini. Sudah selayaknya bangsa Indonesia menyadari dan bangkit. Jangan terjatuh dilubang yang sama pada kedua kalinya. Hati-hati akan hal ini karena Indonesia negara yang letaknya strategis dan melihpah ruah kekayaan alam dan manusianya yang membuat mereka ingin menguasai dan mengambilnya. Cara yang efektif untuk melawan semua itu dengan meningkatkan kembali persatu adan kesatuan ssama anak bangsa. Jangan saling menyalahkan, melainkan saling membenarkan. Semua adalah benar walaupun seorang teroris sekalipun. Kenapa teroris benar? Karena pada asalnya mereka lahir dalam keadaan baik. Pada fitrahnya mereka adalah orang baik dan benar. Namun karena ego nya masing-masing dan mereka mementingkan kepentingan sendiri. Sudah sepatutnya kita membuang ego dalam diri masing-masing, dan mementingkan kepentingan bersama untuk nusa dan bangsa. Sudah saatnya kita bersatu padu. Jika para teroris itu pintar dalam strategi dan pertempurannya, maka harus digunakan untuk kepentingan bangsa dan negaranya, berjuang melawan musuh sebenarnya.
Akhirnya, dengan muda mereka merasuki dan mengintervensi negara tersebut. Tak tik ini sudah dipakai sejak zaman dahulu, tapi herannya mereka tidak sadar-sadar akan hal ini. Sudah selayaknya bangsa Indonesia menyadari dan bangkit. Jangan terjatuh dilubang yang sama pada kedua kalinya. Hati-hati akan hal ini karena Indonesia negara yang letaknya strategis dan melihpah ruah kekayaan alam dan manusianya yang membuat mereka ingin menguasai dan mengambilnya. Cara yang efektif untuk melawan semua itu dengan meningkatkan kembali persatu adan kesatuan ssama anak bangsa. Jangan saling menyalahkan, melainkan saling membenarkan. Semua adalah benar walaupun seorang teroris sekalipun. Kenapa teroris benar? Karena pada asalnya mereka lahir dalam keadaan baik. Pada fitrahnya mereka adalah orang baik dan benar. Namun karena ego nya masing-masing dan mereka mementingkan kepentingan sendiri. Sudah sepatutnya kita membuang ego dalam diri masing-masing, dan mementingkan kepentingan bersama untuk nusa dan bangsa. Sudah saatnya kita bersatu padu. Jika para teroris itu pintar dalam strategi dan pertempurannya, maka harus digunakan untuk kepentingan bangsa dan negaranya, berjuang melawan musuh sebenarnya.
Saat ini kita
dihadapkan pada perpecahan dan permusuhan sesama anak bangsa. Sampai-sampai
menjatuhkan dengan cara kekerasan sampai penjara dan tak jarang sampai ada yang
merenggang nyawa dengan permasalah yang tak berarti sesama anak bangsa. Dari
tingkat anak-anak atau remaja yang berada di sekolah-sekolah sudah berani
bermusuhan satu sama lain sampai menumpahkan darah saudaranya, yang terjadi
pada tauran antar pelajar. Dipicu dari masalah sepele dan berakibat fatal. Pada
tingkat dewasa atau orang tua, saling bermusuhan demi kedudukan atau jabatan
sampai menyebabkan permusuhan yang menggadaikan nyawa. Seperti yang didapati
disebuah daerah, karena ingin mendapatkan kedudukan camat yang dengan egonya
masing-masing tidak mau kalah. Ketika kalah ia tak terima dan berbuntut
perkelahian yang menewaskan salah satunya.
Maka dari itu, saling pengertian dan kasih dayang sangat diperlukan
bangsa ini. Tidak saling mencuriakan dan mengalahkan sangat berpengaruh dalam
keharmonisan bangsa dan martabat negara. kita pasti tidak mau negeri kita
dijajah kebali dan porak-poranda seperti yang saat ini dirasakan oleh negara
konflik di timur tengah sana. Karena nya tidak ada alasan lagi bai anak bangsa
kecuali bersatu-padu menjaga NKRI, mengawal kebhinnekaan yang berpijak pada UUD
1945 dengan semangat Pancasila, menjaga persatuan, dan menghilangkan perpecahan demi terwujudnya
kemaslahatan bersama bagi bangsa dan negara. terlebih dalam mempertahankan
negeri kita tercinta Indonesia dengan empat pilar bangsa yaitu Pancasila,
Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan NKRI.
Cinta Tanah Air
Selain itu semua juga
perlu menumbuhkan dan meningkatkan kembali jiwa nasionalisme dalam setiap diri
anak bangsa. Karena naionalisme merupakan aset berbhaga bangsa. Tanpa
nasionalisme negara akan runtuh. Karena negara berdiri diatas rakyatnya.
Nasionalisme ini sudah dicontohkan oleh para pendahulu-pendahulu kita. Seperti
para pahlawan dan ulama dizaman kemerdekaan. Rasulullah SAW pun memberikan
contoh tentang nasionalisme yakni mencintai negaranya sendiri yang terdapat
pada hadits yang yang berbunyi:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ
فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى
دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا ....... وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ
عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ
إِلَيْهِ .
Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali
dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju
untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk
mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban,
dan Tirmidzi).
Sependapat dengan Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Fath Al-Bari dan
Badr Al-Din Al-Aini (wafat 855 H) dalam kitabnya ‘Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari
menyatakan:
وَفِيه: دَلَالَة عَلَى
فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّةِ حُبِّ الوَطَنِ وَاْلحِنَّةِ إِلَيْهِ
Artinya; “Di dalamnya (hadits) terdapat dalil (petunjuk) atas keutamaan
Madinah, dan (petunjuk) atas disyari’atkannya cinta tanah air dan rindu
padanya.” (Badr Al-Din Al-Aini, Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari,
Beirut, Dar Ihya’i Al-Turats Al-Arabi, Juz 10, hal. 135)
Sebegitu cintanya Rasulullah terhadap tanah kelahirannya Makkah dan tempat tinggalnya yakni Madinah. Selain itu para sahabat juga mengajarkan kepada kita untuk menanamkan jiwa nasionalisme dalam diri setiap anak bangsa. Salah satunya yakni Sayyidina Umar bin Khattab berkata dalam kitab Ruh Al-Bayan karangan Imam Haqqi bin Musthafa Al-Hanafi dalam salah satu atsar dari Umar bin Khattab dikatakan :
ﻟَﻮْﻟَﺎ ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﻮَﻃَﻦِ ﻟَﺨَﺮُﺏَ ﺑَﻠَﺪُ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀ ﻓَﺒِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺎَﻭْﻃَﺎﻥِ ﻋُﻤِﺮَﺕِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥُ
“Seandainya tidak ada cinta tanah air, niscaya akan semakin hancur sebuah negeri yang terpuruk. Maka dengan cinta tanah air, negeri-negeri termakmurkan”.
Di atas pada perkataan
Umar bin Khattab dikatakan, apabila tidak ada hubbul wathan maka negeri
akan terpuruk dan semakin hancur. Lantas apa hubungannya cinta dengan
kehancuran? Coba kita pikirkan, negara itu berdiri diatas atau karena adanya
rakyat. Negara tidak akan ada, jika tidak ada rakyat. Maka jika rakyat lemah,
negara akan lebah, begitupun sebaliknya. Rakyat tidak cinta akan negaranya,
maka tidak memperhatikan negaranya. Disini letak dari pada negara yang terpuruk
dan semakn hancur karena tidak ada rasa cinta rakyat kepada negaranya.
Dengan cinta tanah air juga, negara dapat termakmurkan. Apa hubungan cinta dengan kemakmuran? Jika sesorang mencintai, maka akan mengeluarkan apa yang ia punya untuk orang yang dicintainya. Disini letak “The Power Of Love”. Kekuatan cinta yang tak diduga sebelumnya muncul. Karena cinta orang mau bergerak dan melangkahkan kaukanya walau ratusan kilomeer ia tempuh, demi apa yang ia cintai. Seorang hamba rela tidak tidur bermalam-malam demi apa yang ia cintai yakni Tuhan. Maka ketika cinta itu disalurkan kepada tanah airnya atau negaranya. Hal ini aka berbuah menggerakkan raga dan jiwanya dan mengeluarkan apa saja yang ia punya demi negaranya tanpa memandang apapun.
Maka jangan heran para pahlawan dahulu berani bertempur dengan penjajah bermodalkan bambu runcing melawan tank dan senjata api, mereka tidak takut karena rasa cinta terhadap negerinya, ingin negaranya bebas dari penjajahan, ingin negaranya merdeka tanpa memandang apapun. Hal ini sama ketika zaman Rasulullah SAW, yakni ketika perang badar berlangsung. Pasukan muslim dengan jumlah pasukannya hanya 313 orang melawan ribuan pasukan kafir, mereka tentara muslim dapat memenangkan peperangan itu karena rasa cinta terhadap Rasulullah SAW dan tanah airnya. Ketika Rasulullah SAW memerintahkan untuk berperang, mereka menjawab, “Sami’na wa ‘atho’na Ya Rasulullah,” tanpa berpikir panjang mereka berangkat menuju meden perang. Ketika cinta itu sangat kuat, maka akan memunculkan keajaiban yang tak diduga, satu contoh lagi, tak usah jauh-jauh. Kemarin di Jakarta pada tanggal 2 desember 2016 di Jakarta mengadakan perkumpulan massa dengan nama Aksi Super Damai 212. Ketika itu diadakan berkumpulnya manusia untuk mengemukakan suaranya atas sebuah permasalahan. Terlepas dari motif politik para elite. Mereka santri-santri dari salah satu pondok pesantren di Ciamis, rela berjalan berhari-hari dari Ciamis menuju Monas untuk mengikuti kegiatan tersebut. Karena kecintaan terhadap Al-Qur’an yang sebagian orang mengnggapnya dihina atau dinistakan yakni QS. Al-Maidah: 51 dan cinta terhadap berkumpulnya orang-orang Islam.
Dengan cinta tanah air juga, negara dapat termakmurkan. Apa hubungan cinta dengan kemakmuran? Jika sesorang mencintai, maka akan mengeluarkan apa yang ia punya untuk orang yang dicintainya. Disini letak “The Power Of Love”. Kekuatan cinta yang tak diduga sebelumnya muncul. Karena cinta orang mau bergerak dan melangkahkan kaukanya walau ratusan kilomeer ia tempuh, demi apa yang ia cintai. Seorang hamba rela tidak tidur bermalam-malam demi apa yang ia cintai yakni Tuhan. Maka ketika cinta itu disalurkan kepada tanah airnya atau negaranya. Hal ini aka berbuah menggerakkan raga dan jiwanya dan mengeluarkan apa saja yang ia punya demi negaranya tanpa memandang apapun.
Maka jangan heran para pahlawan dahulu berani bertempur dengan penjajah bermodalkan bambu runcing melawan tank dan senjata api, mereka tidak takut karena rasa cinta terhadap negerinya, ingin negaranya bebas dari penjajahan, ingin negaranya merdeka tanpa memandang apapun. Hal ini sama ketika zaman Rasulullah SAW, yakni ketika perang badar berlangsung. Pasukan muslim dengan jumlah pasukannya hanya 313 orang melawan ribuan pasukan kafir, mereka tentara muslim dapat memenangkan peperangan itu karena rasa cinta terhadap Rasulullah SAW dan tanah airnya. Ketika Rasulullah SAW memerintahkan untuk berperang, mereka menjawab, “Sami’na wa ‘atho’na Ya Rasulullah,” tanpa berpikir panjang mereka berangkat menuju meden perang. Ketika cinta itu sangat kuat, maka akan memunculkan keajaiban yang tak diduga, satu contoh lagi, tak usah jauh-jauh. Kemarin di Jakarta pada tanggal 2 desember 2016 di Jakarta mengadakan perkumpulan massa dengan nama Aksi Super Damai 212. Ketika itu diadakan berkumpulnya manusia untuk mengemukakan suaranya atas sebuah permasalahan. Terlepas dari motif politik para elite. Mereka santri-santri dari salah satu pondok pesantren di Ciamis, rela berjalan berhari-hari dari Ciamis menuju Monas untuk mengikuti kegiatan tersebut. Karena kecintaan terhadap Al-Qur’an yang sebagian orang mengnggapnya dihina atau dinistakan yakni QS. Al-Maidah: 51 dan cinta terhadap berkumpulnya orang-orang Islam.
Kembali keperkataan
Umar bin Khattab diatas. Ketika cinta itu ditujukan kepada tanah air, maka
tanah aiir itu akan termakmurkan. Ibarat petani yang mengelolah tanah yang gersang.
Dengan sesabarannya ia mengaliri air dan dipaculi tanah itu. Tanah yang semula
gersang menjadi subur dan mudah ditanami tanam-tanaman.
Ketika zaman penjajahan
dan kemerdekaan Indonesia diperjuangkan, seorang pahlawan dan juga ulama
bernama KH. Hasyim Asy’ari menanamkan dan memupuk rasa cinta terhadap
Indonesia. Beliau memulai memupuk nasionalisme bangsa Indonesia dari budaya,
yang pada kala itu melarang memakai pakaian menyerupai penjajah yaitu jas dan
celana. Beliau juga menggaungkan jargon Hubbul Wathan Minnal Iman yang
artinya cinta tanah air sebagian dari iman. Sampai-sampai Ir. Soekarno sowan
ke KH. Hasyim Asy’ari perihal mempertanyakan “Bagaimana hukumnya membela negara
bukan membela agama?” lantas beliau menjawab yang terdapat dalam jargon diatas.
Puncaknya yakni pada era pra-kemerdekaan, ketika itu penjajah ingin menjajah
kembali Indonesia, dan keluarkan oleh beliau fatwa yang dikenal dengan nama
Resolusi Jihad yang melatar belakangi pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
yang sekarang dikenal dengan Hari Pahlawan Nasional.
Faktor-faktor Kemajuan Bangsa
Kemajuan bangsa bisa dilakukan
karena kerjasama antara pemerintahan dan rakyat untuk menyongsong kemajuang
negara agar lebih baik. Indonesia bisa lebih maju dengan memperhatikan dan menguatkan 4 sektor vital ini yaitu:
1. Pendidikan. Kenapa harus pendidikan? Karena pendidikan mempunyai peran
penting dalam sumber daya manusia sebagai pijakan atau langkah awal dalam
mengelola suatu negara. Mencerdaskan anak bangsa merupakan tugas setiap rakyat khususnya
kepada para pemimpin yang mengelola sistematik pendidikan. Dahulu Jepang dibom
atom oleh Amerika di Nagasaki dan Hirosima yang membuat Jepang luluh lantah
serta kekuatannya yang menurun drastis. Langkah awal Jepang membenahi negaranya
dengan membenahi dan memajukan pendidikannya, dan kita bisa lihat sekarang
Jepang merupakan negara yang maju.
2. Politik. Berjalannya roda pemerintahan suatu negara dengan mengelola
perpolitikannya dengan benar dan diperhatikan dengan serius. karena
perpolitikan sangat berpengaruh terhadap suatu negara. Sistem dan keadaan
perpolitikan baik, maka pemerintah akan baik yang berimbas kepada negara yang
baik. hal ini harus disadari oleh semua lapisan eleman masyarakat atau kata
lain melek politik. Dari tingkatan pelajar harus sadar akan hal ini untuk dipersiapkan sejak dini. Jika para pemuda bangsa
tidak mau mengurus politik atau masa bodo, lantas siapa yang akan mengurusnya?
Secara tidak langsung kita mempersilahkan asing untuk mengelolah politik, yang
berarti kita mempersilahkan asing untuk menjajah negara kita.
3. Ekonomi. Suatu negara dapat berjalan dengan baik karena ekonominya.
Karena ekonomi sangat berperan terhadap kehidupan bangsa dan negara. Sudah
berapa banyak negara-negara yang terjerat konflik karena faktor ekonominya?
Ekonomi juga bisa menjajah suatu negara secara perlahan dengan cara
memanjakannya hutang-hutang yang banyak sampai lupa dapat membayar atau tidak.
Pada akhirnya karena ketidakmampuan untuk membayar hutang yang sudah menumpuk,
maka negara tersebut tergadaikan. Dijual sumber daya alamnya, BUMN nya, sampai
dijual aset-aset negara. Ini sudah terjadi pada salah satu negara. Hal ini
harus disadari dan diwaspadai.
4. Militer. Kekuatan merupakan syarat terpenting bagi suatu negara.
Jika militer kuat maka negara akan kuat. Maka zaman saat ini disadarkan rakyat
untuk melek militer yang dinamai dengan bela negara. Dari tiga poin diatas,
dapat terlaksana karena militer, kekuatan, dan pertahanannya yang kuat. 3 poin
sebelumnya kuat tapi militernya tidak kuat, maka semua akan tidak kuat. Sebagai
contoh keadaan yang terjadi di daerah konflik di Timur Tengah. Ketika
militernya lemah, maka pendidikan, politik, dan ekonomi akan lemah juga dan
sulit untuk dijalankan.
(red/segapmedia.online)
Mantap... Sangat menginspirasi, recommended banget nih
BalasHapus