Diskusi dan Bedah Buku diadakan di Auditorium FISIPOL UGM. Dok. Gita/SEGAP Pictures |
SEGAPMedia .Online, Yogyakarta- Departemen Sosiologi FISIPOL UGM sukses melaksanakan diskusi & bedah buku dan berhasil merangkul peserta dari kalangan mahasiswa dan umum, mengajak peserta untuk turut serta memahami Moderasi Beragama, acara ini dikemas dalam bentuk diskusi sekaligus bedah buku, talkshow ini dikemas dalam acara "Jalan Baru Moderasi Beragama : Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir", berlangsung di ruang auditorium Fisipol UGM pada Selasa (23/04/2024).
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Departemen Sosiologi FISIPOL UGM ini, menghadirkan keynote speaker : Prof. Dr. KH. Haedar Nashir (Guru Besar UMY/Ketua Umum PP. Muhammadiyah), Narasumber : Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A. (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga), Prof. Dr. Sugeng Bayu Wahyono (Guru Besar UNY), Dr. Muhammad Najib Azca (Dosen Senior FISIPOL UGM/Wasekjend PBNU), Pdt Izak Lattu, Ph.D. (Dosen Fakultas Teologi UKSW). Acara ini dipandu moderator Wahyu Kustiningsih, M.A selaku Dosen Sosiologi UGM.
Salah satu kontribusi utama Haidar Nasir dalam wacana keislaman adalah konsep moderasi. Ia memandang moderasi sebagai landasan yang penting dalam memahami ajaran Islam dengan benar. Baginya, moderasi bukanlah sekadar sikap moderat dalam berbagai hal, tetapi juga merupakan bagian integral dari ajaran Islam itu sendiri. Dalam pandangannya, Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan, toleransi, dan kedamaian.
Beliau meyakini bahwa moderasi merupakan nilai yang sangat penting dalam Islam. Ia berargumen bahwa ajaran Islam sejati tidak ekstremis dan tidak mendukung tindakan kekerasan atau intoleransi terhadap orang lain. Sebaliknya, Islam mengajarkan kasih sayang, toleransi, dan perdamaian.
Selain moderasi, Haidar Nasir juga menekankan pentingnya toleransi dan pluralisme dalam Islam. Baginya, “Islam mengajarkan untuk menghormati perbedaan dan menerima pluralitas dalam masyarakat. Nasir menolak pandangan sempit yang menolak keberagaman dan merasa bahwa hanya satu interpretasi Islam yang benar”. Sebaliknya, beliau menganggap bahwa keberagaman adalah bagian alami dari masyarakat yang harus dihormati dan diterima.
Dalam pandangan Nasir, toleransi adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis. Ia menekankan pentingnya dialog antaragama dan antarbudaya sebagai cara untuk membangun pemahaman yang lebih baik antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Dalam konteks yang lebih luas, Nasir juga berargumen bahwa Islam dapat berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang inklusif dan berkeadilan.
Salah satu aspek penting dari pemikiran Haidar Nasir adalah kritiknya terhadap ekstremisme dalam Islam. Ia menentang pandangan-pandangan radikal yang menggunakan agama sebagai pembenaran untuk tindakan kekerasan dan intoleransi. Nasir percaya bahwa ekstremisme adalah penyimpangan dari ajaran Islam yang sejati, yang mengajarkan kedamaian, kasih sayang, dan toleransi. (red/segapmedia.online)
Reporter : Mirna, Ijlal, Abdy /SEGAPMedia.Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yuk tulis kesanmu setelah membaca tulisan di atas. Masukan, kritik, dan saran. Terima kasih. Salam literasi.