Oleh: Seto G. Pratomo
Penulis Seto Galih Pratomo membahas tentang politik. Namun berbicara politik rupanya membuat sebagian orang menjadi sakit. Nampaknya, banyak yang sudah tak percaya lagi dengan politik, bagi mereka politik hanyalah intrik yang begitu picik, segala cara bisa dihalalkan asal jabatan dan pangkat terjamin. Namun nyatanya, definisi politik tak mengungkapkan hal semacam itu, politik adalah usaha bersama untuk mencapai tujuan negara agar lebih baik.
Politik menjadi jalan satu-satunya bagi siapa saja yang ingin merubah keadaan negaranya kearah yang lebih baik. Memang Lord Acton pernah mengemukakan teorinya berkaitan dengan politik (bebicara politik juga berbicara kekuasaan), Acton mengatakan power tends to corrupt, bahwa kekuasaan baginya cenderung untuk melakukan korup. Teori Lord Acton ini adalah realitas akan dunia politik yang tak jelas, banyaknya penyelewengan dan pelanggaran yang dibuat oleh politikus membuat teori ini semakin relevan bahkan mutlak.
Namun dari kacamata lain, politik juga pernah menampilkan figur-figur terbaik. Kita tak bisa menyalahkan politik sepenuhnya, sebab politik hanyalah wadah untuk mencapai tujuan tertentu, sementara subtansi wadah tak selamanya bersinergi dengan wadah tersebut.
Era kini kebanyakan orang mengeluh soal pemerintahan yang tak benar, birokrasi yang membingungkan rakyat, dan anggaran yang entah masuk kemana. Saya pikir pesimis semacam ini malah menyurutkan harapan bagi keberlangsungan hidup suatu negara. Rasa ketidakpercayaan kita pada politikus jangan sampai membuat harapan kita akan politik yang baik (good goverment) juga ikut pudar. Sebab, politik yang baik hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang baik pula.
Berpolitik adalah cara terbaik dalam mengatasi hal-hal yang sebelumnya pernah kita kritik. Di arena percaturan politik, kalaupun kita memiliki niatan baik untuk mengabdi dan membantu pada negara, kita akan berusaha sekuat tenaga bagaimana caranya kita merubah nasib bangsa kita sendiri. cara yang paling jitu dan terbaik adalah kita ikut berpartisipasi dalam politik, atau bahasa ringkasnya kitapun harus berpolitik.
Politik adalah ujian bagi kehidupan, sebab arus besar politik akan terus menabrak kita walaupun tetap bergeming bak karang di tengah lautan. Tetapi, politik juga adalah ladang amal baik (pahala) bagi siapa saja yang menjalankan dengan prinsip kebenaran. Menjadi politikus yang baik adalah abdi Tuhan, sebab yang kita urusi adalah suatu komunitas yang berisikan manusia-manusia yang bebannya harus diringankan. Meringankan beban manusia adalah perbuatan yang mulia, oleh karenanya, untuk dapat membantu manusia lebih banyak lagi, jalannya tetap ada pada politik. Karena politiklah kita dapat makan sesuap nasi, karena apabila kebijakan politik melarang kita untuk memakan sesuap nasi saja, kita sudah dapat masalah hukum.
Untungnya, kita hidup di negara yang demokratis dan memberi kesamaan hak berpolitik kepada seluruh rakyatnya. Di negeri ini, siapapun bisa menjadi pemimpin atau bahasa tirannya pemilik kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan, ia bisa berbuat apapun. Oleh karenannya, jadikanlah kekuasaan itu (jika berhasil didapatkan) sebagai jalan terbaik dalam menentukan arah dan nasib suatu bangsa.
Politik mungkin juga dapat dianalogikan seperti permainan sepak bola. Mungkin sebagai penonton, banyak jumlah dan suara tepuk tangan hingga sorakan takkan mampu berubah keadaan. Penonton hanya mampu berharap, berdoa, menyemangati, dan mendukung dari luar sistem permainan. Tetapi yang dapat menentukan menang atau tidaknya pertandingan adalah pemain yang jelas-jelas sedang berlaga di tengah lapangan. Melaluinya, tim sepak bola itu akan meraih kemenangan atau kegagalan. Bagaimanapun caranya, penonton yang ini memenangkan pertandingan, mau tidak mau harus menjadi pemain didalamnya.
Tapi lantas tak dapat bermain membuat kita lupa untuk mencintai sebuah permainan yang indah. Penonton tetap saja diharapkan untuk setia dan mendukung hingga peluit panjang dibunyikan. Penonton yang baik akan senaniasa tulus dan setia dalam mengawal tim kesayangannya bertanding.
Mungkin sementara ini, kita adalah penonton panggung politik yang penuh drama dan percakapan yang membosankan. Tetapi tak ada salahnya bila kita tetap berharap dan menanti muncul tokoh yang dinanti-nanti dan diharapkan, atau mungkin, kita menanti pertunjukan usai lalu mendaftarkan diri untuk menjadi sutradara laga. Dalam dunia ini semua kemungkinan bisa terjadi sebab semua kepastian berawal dari kemungkinan.
*Mahasiswa ilmu Hukum Fakultas Hukum UII
(red/segapmedia.online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yuk tulis kesanmu setelah membaca tulisan di atas. Masukan, kritik, dan saran. Terima kasih. Salam literasi.