Di era milenial kita mendapatkan ancaman yang cukup besar, yaitu adanya pemikiran fanatisme antar ras, suku, agama, dan antar golongan atau disingkat dengan SARA. Sebab pemikiran seperti inilah yang dapat memecah belah bangsa. Satu golongan dengan golongan yang lain saling bermusuhan, mencaci maki, menghina, sampai memfitnah.
Apalagi sekarang ini kita lagi menghadapi tahun
politik, dimana hoaks
bertebaran di mana-mana, mengalir bagai air hujan yang tak terbendungkan. Dalam hal ini, kita memahami bahwa
fanatisme, dalam KBBI berarti keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat
terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya).
Sikap fanatik sangat bahaya jika tidak didasari sikap toleransi karena bisa menganggap sesuatu yang salah dianggap benar dan hal yang terbukti benar dianggap salah. Fanatisme berlebihan dapat membutakan seseorang sehingga mereka mulai bertindak abnormal dan menjurus kepada hal-hal yang merugikan dirinya maupun orang lain.
Sikap fanatik sangat bahaya jika tidak didasari sikap toleransi karena bisa menganggap sesuatu yang salah dianggap benar dan hal yang terbukti benar dianggap salah. Fanatisme berlebihan dapat membutakan seseorang sehingga mereka mulai bertindak abnormal dan menjurus kepada hal-hal yang merugikan dirinya maupun orang lain.
Sudah
begitu banyak contoh buruk fanatisme berlebihan, yang baru saja terjadi adalah
seorang fans di Jepang
tega menikam idolanya, alasanya apa? Dia marah sang artis pujaan hati
mengembalikan hadiah darinya. Lalu disaat para suporter tim sepak bola mengejar
wasit yang dinilai tidak adil sehingga membuat tim kesayangan mereka kalah,
bukankah itu juga karena fanatisme yang berlebihan, yang lebih parah, mereka
sering terlibat tawuran dengan rival tim kesayanganya, padahal mereka satu hobi,
tapi malah berpecah belah.
Apapun objeknya, fanatisme tersebut jika berlebihan, maka tetap akan memberikan dampak negatif kepada mereka yang fanatik maupun lingkungan sekitarnya, tidak terkecuali misalnya yang menjadi objek adalah tokoh ulama. Tidak dapat dipungkiri lagi jika oknum masyarakat kita banyak yang terlalu fanatik kepada tokoh agama yang mereka gemari.
Apapun objeknya, fanatisme tersebut jika berlebihan, maka tetap akan memberikan dampak negatif kepada mereka yang fanatik maupun lingkungan sekitarnya, tidak terkecuali misalnya yang menjadi objek adalah tokoh ulama. Tidak dapat dipungkiri lagi jika oknum masyarakat kita banyak yang terlalu fanatik kepada tokoh agama yang mereka gemari.
Ada
seorang ulama yang konon katanya jika kita memasang fotonya di rumah atau di
toko maka akan memberikan kemudahan rezeki untuk kita, hingga
berbondong-bondonglah masyarakat untuk mencetak dan memajang foto mereka.
Bukankah praktik
tersebut sama saja dengan memberhalakan mereka? Apakah mereka senang melihat
praktik yang
demikian? Saya kira mereka justru akan kecewa melihat rakyatnya tersebut.
Bukan fanatisme berlebihan kepada manusia saja
yang menyebabkan masalah, fanatik berlebihan kepada benda pun juga
mendatangkan
kemudharatan, seperti batu yang dianggap memiliki khasiat
bermacam-macam,
permainan/game yang membuat penggemarnya keranjingan. Untuk game tidak
perlu
kita mencari contoh yang jauh, dulunya saya menggemari salah satu game
terkemuka di Indonesia,
siang malam saya memainkanya tanpa kenal waktu dan lelah. Untungnya
setelah itu
saya jatuh sakit, hingga
sakit tersebut saya jadikan peringatan agar tidak kecanduan game online
lagi.
Bukan kegemaranlah yang merusak kita namunsikap berlebihan yang mendatangkan kerugian, karena sesungguhnya sesuatu yang berlebihan itu memang tidaklah baik. Jadikanlah kegemaran sebagai sesuatu yang memotivasi kita untuk berkarya dan menjadi lebih baik lagi kedepanya, bukan malah jadi bumerang yang akan balik menyerang kita. Kegemaran sebenarnya adalah potensi yang baik jika kita bisa mengontrolnya.
Bukan kegemaranlah yang merusak kita namunsikap berlebihan yang mendatangkan kerugian, karena sesungguhnya sesuatu yang berlebihan itu memang tidaklah baik. Jadikanlah kegemaran sebagai sesuatu yang memotivasi kita untuk berkarya dan menjadi lebih baik lagi kedepanya, bukan malah jadi bumerang yang akan balik menyerang kita. Kegemaran sebenarnya adalah potensi yang baik jika kita bisa mengontrolnya.
(red/segapmedia.online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yuk tulis kesanmu setelah membaca tulisan di atas. Masukan, kritik, dan saran. Terima kasih. Salam literasi.